Dari Achara ke Acar ke Omelet

“Jangan buang-buang makanan!” adalah sesuatu yang sering saya dengar ketika saya kecil. Saya harap Anda juga sering mendengarnya dulu, dan menaatinya hingga sekarang, sebab kebiasaan baik biasanya dimulai sejak dini. Dan dalam permakultur (budaya hidup lestari), hal ini terkait dengan beberapa hal.

Kadang makanan atau bahan makanan tersisa merupakan sesuatu yang tak terhindarkan. Pola pikir budaya hidup lestari akan membuat pelakunya memillih satu atau beberapa solusi, misalnya dengan menaruh sisa makanan atau bahan makanan tersebut ke tumpukan kompos, atau mencampurkannya ke pakan ternak, atau melemparkannya ke kolam ikan. Makanan pun tak terbuang. Dan dalam beberapa contoh lain, ketika bahannya cocok, bahan makanan berupa sayur atau buah dapat diawetkan. Tentu saja kita tidak bicara soal pengawetan dengan zat-zat kimia berbahaya.

Saya bicara soal acar, atau bahasa Inggrisnya pickle. Pengawetan lewat acar sangatlah populer dalam budaya Barat. Kalau Anda mengetikkan “pickle” ke dalam mesin pencarian, maka ada banyak sekali website dan blog yang memuat resep-resep pembuatan acar, dan hal itu tak hanya ada pada situs-situs tentang makanan, tapi juga yang terkait dengan permakultur.

bekabuluh lc

Membutuhkan penerjemah untuk proyek Anda berikutnya? Klik di sini untuk terhubung dengan Bekabuluh Language Consulting, layanan terjemah profesional yang berpusat di Jogja. | Looking for a translator for your next project? Click here to learn about Bekabuluh Language Consulting, a professional translation service in Yogyakarta.

Ada satu kejadian menarik. Ketika itu, sebagaimana sering kami lakukan, keluarga dan saya jalan pagi. Lalu kami melihat pohon pepaya rubuh di halaman salah seorang tetangga. Buahnya berhamburan. Setelah nantinya melihat bahwa pohon itu telah digeret ke tepi jalan, Papa lantas mengambili daun-daunnya untuk dijadikan pakan ikan-ikan gurame kesayangannya. Kalau kata orang Jawa, gurame dan daun pepaya itu pancen jodo. Buah-buah pepaya muda yang tadi berhamburan sudah dikumpulkan oleh pemiliknya, namun beberapa masih tersisa dan dibiarkan di tepi jalan. Kami memungutinya.

Ada banyak cara untuk mengolah pepaya muda, termasuk menjadikannya sayur. Akan tetapi, karena saya sangat tertarik dengan dunia per-acar-an, saya pun meng-Google resep acar pepaya muda. Sebagaimana pernah saya baca, “You can pickle anything.” So you should be able to pickle green papaya too, right?

And I was right. Ternyata resep acar pepaya muda bukan saja ada, tetapi merupakan sesuatu yang lazim di Filipina. Mereka menyebutnya achara. Dan resep itu terlalu menarik untuk saya lewatkan. Maka inilah hasilnya:

DSCF2289

Terllihat seperti acar biasa, memang. Dan dalam resep-resep acar tradisional Indonesia, pepaya muda bisa saja digantikan dengan timun atau nenas. Tapi, apabila Anda punya pohon pepaya dan buah mudanya sering berjatuhan, ini bisa jadi salah satu cara pengolahannya sehingga mereka tak hanya sekedar menjadi kompos.

Untuk membuat achara, Anda membutuhkan pepaya muda, wortel, bawang merah, cabai (sesuai pilihan), kismis, gula, garam, cuka, jahe, dan bawang putih. Pepaya muda, wortel, bawan merah, dan cabai dipotong-potong kemudian disisihkan (masukkan kulkas) bersama kismis.


jasa terjemah terjemahan penerjemah penerjemahan Yogya Yogyakarta Jogja Jogjakarta translate translator translation service services language linguistic linguistics consulting bahasa Inggris Indonesia English Indonesian edit editing proofread proofreading interpret interpreting content writing Dalih Labodalih Sembiring

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s